Hubungan Faktor Perinatal dan Neonatal terhadap Kejadian Ikterus Neonatorum
DOI:
https://doi.org/10.26699/jnk.v5i2.ART.p083-089Keywords:
Berat Lahir, Usia Gestasi, Komplikasi Perinatal, Jenis Kelamin, Ikterus NeonatorumAbstract
Ikterus neonatorum adalah penyebab 6,6% bayi baru lahir usia 0-8 hari di Indonesia. Ikterus dapat bersifat fisiologis dan patologis yang dapat menimbulkan gangguan menetap atau kematian Tujuan penelitian yaitu mengetahui hubungan faktor perinatal dan neonatal dengan kejadian ikterus neonatorum di RSUD Kabupaten Kediri. Desain penelitian yaitu korelasi dengan pendekatan kohort retrospektif. Sampel penelitian sebanyak 54 responden menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dengan rekam medik pada bulan Oktober 2017. Analisa data menggunakan uji Chi-Square dan Fisher Exact test. Hasil uji didapatkan terdapat hubungan antara berat lahir (p= 0,018; POR 0,085 95% CI 0,10-0,713), usia gestasi (p= 0,044; POR= 0,202 95% CI 0,049-0,836), komplikasi perinatal (p= 0,031; POR= 4,714 95% CI 1,250-17,784) dengan kejadian ikterus neonatorum dan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin (p=0,441; POR=0,503 95% CI 0,143-1,767) dengan kejadian ikterus neonatorum di RSUD Kabupaten Kediri. Tidak adanya hubungan jenis kelamin dengan kejadian ikterus neonatorum kemungkinan disebabkan adanya faktor lain yang lebih berpengaruh. Kondisi BBLR, prematuritas, jenis kelamin laki-laki, komplikasi perinatal (asfiksia/sepsis/sefalhematom) mengarah pada terjadinya ikterus patologis pada bayi.References
Aina YT, Omoigberale AI. 2012. Risk factors for neonatal jaundice in babies presenting at the university of benin teaching hospital, benin city. Niger J Paed. 39(4):159-163
Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Kediri Tahun 2016.
Kemenkes, RI. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI. http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/gr een/dataIdentifier.jsp?id=20298098 diakses pada tanggal 7 Agustus 2018
Kosim, MS, Ari Y, Rizalya D, Gatot IS, Ali U. 2014. Buku Ajar Neonatologi Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Manuaba, IBG . 2010. Pengantar Kuliah Obtetri. Jakarta: EGC.
Martiza L.2010. Ikterus. Jakarta: Badan Penerbit IDAI
Olusanya, BO., Osibanjo FB, Slusher TM. 2015. Risk Factors for Severe Neonatal Hyperbilirubinemia in Low and Middle Income Countries: A Systematic Review and Meta-Analysis. PLOS ONE DOI: 10. 1371/ journal.phone. 0117229
Rohani,S & Rini W. 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Ikterus pada Neonatus. Aisyah:Jurnal Ilmu Kesehatan. 2 (1): 75-80.
Sukadi A. Hiperbilirubinemia. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2008. 147-69
Tazami, RM, Mustarim, Shalahudden S. 2013. Gambaran Faktor Resiko Ikterus Neonatorum pada Neonatus di Ruang Perinatologi RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun 2013 https://media.neliti.com/.../70853-ID-gambaran-faktor-risiko-ikterus-neonatoru.pdf diakses pada tanggal 7 Agustus 2018
Wiknjosastro. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Sarwono Prawirohardjo.
Zabeen B, Nahar J, Nabi N, Baki A, Tayyeb S, Azad K, et al. 2010. Risk Factors and Outcome of Neonatal Jaundice in a Tertiary Hospital. Ibrahim Med Coll J .4(2):70-73